Jumat, 20 April 2012

Kartini-an A-BG Berlangsung Sukses

diliput 5 stasiun TV Swasta dan berbagai media cetak

Meski terlihat masih banyak kekurangan, peringatan hari Kartini yang digelar TPA Asy-Syifa Sidorejo, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, DIY, kamis petang (19/4) berlangsung sukses. Berbagai acara digelar dalam peringatan yang diberi nama "Kartini-an A-BG" atau Kartini-an TPA Asy-Syifa - Buruh Gendong ini, seperti lomba mewarnai sosok Kartini, dramatisasi petikan surat Kartini, penampilan rebana. pembacaan puisi dan sebagainya.




Acara diawali dengan sebuah prosesi yang menggambarkan perjuangan hidup para buruh gendong. Dalam prosesi ini, mereka terlihat membawa karung, papan buah, kardus dan peralatan lain seperti yang biasa mereka lakukan sehari-hari. Ditimpali narasi yang dibacakan oleh MC (ustadzah Kinanti), penampilan awal mereka ini mampu membuat anak-anak dan warga lain yang hadir di lokasi acara menjadi terharu. Sebagai buruh gendong, beban hidup mereka memang sangat berat, karena. harus mengangkut beban yang tidak tergolong ringan agar bisa mendapatkan sedikit rejeki demi makan dan sekolah anak-anaknya.

Usai prosesi yang ditata apik oleh seniman yogyakarta, bapak Gendon ini, mereka pun langsung menunjukkan ketrampilannya bermain musik rebana. Di sela penampilan rebana, mereka juga terlihat membaca puisi dan menyampaikan pandangannya terkait sosok dan perjuangan RA Kartini. "Kalau tidak ada Kartini dulu, mungkin saat ini perempuan bodoh semua dan tidak boleh keluar rumah," kata Endah Winarti, salah seorang buruh gendong.

Tak hanya main rebana dan bertestimoni, mereka juga berkolaborasi dengan santriwati (Hani dan Rosi) serta ustadzah Fitri dan Whinda, untuk membacakan petikan surat Kartini. Petikan surat Kartini yang dibacakan adalah surat Kartini, yang dikirim ke Tuan EC Abendanon, tanggal 17 Agustus 1902. Surat ini dipilih karena merupakan salah satu bagian terpenting dalam perjalanan spiritual Kartini sebagai seorang muslimah sejati. Berbagai persoalan diskriminasi disoroti dalam surat ini, termasuk diskriminasi terhadap kaum buruh seperti mereka. Petikan tersebut adalah : "...Tahukah kami bahwa engkau sekali-kali tiada dapat dan tiada akan membiarkan kaum buruh yang sebawahanmu dipukuli. Kami setuju benar dengan perasaanmu dan pendapatanmu tentang hal ini.  Aku sendiri tiada dapat melihat orang yang dipukul. Sakitnya hati, sangatlah sakitnya hati, melihat tampak sifat binatang itu di dalam diri manusia, tiada terbelenggu, liar. Sangat pilunya hatiku melihat manusia itu menjadi binatang".

Usai dramatisasi surat Kartini, acara dilanjutkan dengan pembacaan puisi Kartini, yang berjudul "Bagaimana Kami Juga Bisa Menerangi" karya Wiwik Susilo. Puisi ini bercerita tentang keinginan para santriwati untuk meneladani semangat Kartini, yang senantiasa menjadikan al Quran sebagai inspirasi. Pembacaan puisi dilakukan oleh Hesti dan Isya.

Rangkaian acara yang dipandu Mc ustadzah Kinanti dan santriwati Ninda ini juga diisi dengan lomba mewarnai sosok Kartini. Acara diikuti lebih dari 75 anak dari berbagai TPA dan TK di wilayah Sidorejo. Penilaian dilakukan oleh Mas Uret Pariono (seniman lukis) dan bapak Gendon. Tak hanya menentukan juara lomba, Mas Uret juga memberi motivasi pada anak-anak untuk terus berkarya dan kreatif.

Sebelumnya, tampil untuk membuka acara, ketua PKK Desa Ngestiharjo, Ibu Purwana. Dalam sambutannya, Ibu Purwana berpesan agar anak-anak senantiasa meneladani semangat Kartini dengan terus bersekolah dan rajin belajar.

Menurut para buruh gendong, peringatan hari Kartini di TPA Asy-Syifa Sidorejo ini merupakan peringatan hari Kartini pertama yang mereka ikuti. "Selama ini kami hanya kerja dan kerja, tidak pernah mendapat kesempatan mengikuti acara semacam ini," kata Endah, buruh gendong.

Meski tergolong sederhana dan jauh dari gebyar seperti acara lain, acara ini tergolong sangat sukses, karena, diliput oleh lima stasiun televisi sekaligus, yaitu SCTV, MNcTV, Indosiar, TATV dan TVRI Yogyakarta. Sebelumnya, sejumlah media massa  cetak juga sudah memuat rilis kegiatan ini, seperti Kedaulatan Rakyat, Harian Jogja dan sebagainya. Namun, kesuksesan ini tidak langsung membuat para pengurus menjadi besar kepala, karena, berbagai kekurangan akan terus diperbaiki, sehingga, pada penyelenggaraan acara lain di masa mendatang bisa berjalan dengan lebih baik dan lancar.

"Alhamdulillah juga, saat digelarnya acara, suasana sangat cerah dan tidak hujan. Padahal sebelumnya kami sempat khawatir akan adanya hujan, karena, dua hari sebelumnya, hujan deras selalu terjadi pada sore hari," kata Asnan Wiharno, direktur TPA Asy-syifa. Maklumlah, acara diadakan di luar ruang, jadi kalau hujan, semua rencana tentu saja akan bubar.(*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar